Minggu, 15 Juli 2012

LERAN KOTA TUA YANG TERLUPAKAN


Desa Leran yang berjarak kurang lebih 9 km sebelah utara kota Gresik secara administrasi masuk wilayah kecamatan Manyar. Luasnya mencapai 1300 m 2.  Lokasinya yang dikelilingi areal pertambakan dan rimbunan rumpun bambu tidak terlalu menarik sebagai tujuan wisata. Dan secara fisik memang tidak berbeda jauh dengan desa lain di sekitarnya. Yang lebih menonjol dari desa ini adalah adanya gapura yang berwarna hijau lumut yang menunjukkan bahwa di tempat tersebut terdapat makam seorang perempuan muslim pertama yang bernama Siti Fatimah binti Maimun. Dan dari sinilah sejarah Leran dimulai.   

Mengetahui lebih banyak sejarah desa Leran menjadi penting karena bagaimana pun juga, sebelum Gresik berkembang menjadi kota pelabuhan yang cukup ramai, Leran terlebih dahulu sudah menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang yang berasal dari berbagai daerah, bahkan banyak dikunjungi para pedagang yang berasal dari Timur Tengah dan Cina.

Namun sayangnya tidak banyak dilakukan penelitian tentang kedudukan dan  peran Leran di masa-masa lalu, terutama perannya sebagai pusat penyebaran agama Islam di Indonesia. Sekarang jika orang mendengar kata Leran, maka selalu dinisbahkan kepada batu nisan di Kompleks Makam Siti Fatimah binti Maimun, yang munurut penelitian awal,  kompleks makam ini merupakan makam Islam yang tertua yang ditemukan di Indonesia. Dan di makam inilah ditemukan sumber tertulis primer berupa batu nisan yang berhuruf Kufi (Arab).

Siti Fatimah binti Maimun atau yang dikenal dengan nama lokal Putri Retno Suari sendiri adalah putri seorang saudagar yang bernama Sultan Mahmud Syah Alam dari Negeri Kamboja. Yang unik dari makam ini adalah adanya dua makam panjang. Keberadaan makam panjang ini cukup menarik karena tidak lazim ditemukan. Dan menurut beberapa ahli kedua makam panjang itu hanyalah simbol tentang panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Bentuk arsitektur makam Siti Fatimah ini cukup unik, karena berbentuk cungkup dengan dinding dan atapnya terbuat dari batu putih kuno. Dan bentuk cungkup makam yang menyerpuai candi, konon ceritanya cungkup tersebut dibangun oleh Raja Majapahit untuk menebus perlakuannya yang kurang bersahabat terhadap utusan Raja Kamboja, padahal ternyata bermaksud baik.
Dan memang, desa Leran yang dulunya bernama desa Sembalo ini merupakan daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Leran yang   berada kurang lebih  sembilan kilometer arah utara kota Gresik, adalah daerah permukiman dengan status desa perdikan “Sima” yang di dalamnya hidup orang-orang bebas yang umumnya identik dengan pedagang.
Pada masa lalu Leran sudah menjadi tempat pertama bermukimnya para perantauan dari Cina, terbukti adanya sisa-sisa kehidupan Bandar abad 10 – 15 M dengan sebutan situs pasucian, serta banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai kawasan baik dalam dan luar negeri. Keberadaan makam Siti Fatimah binti Maimun  merupakan bukti sejarah yang cukup terkenal. Sehingga dapat dikatakan Leran merupakan tonggak awal bagi kejayaan Gresik pada masa lalu.
Sebagai bukti bahwa Leran di masa lalu merupakan pelabuhan yang cukup ramai, di kompleks situs sejarah desa Leran  juga banyak  ditemukan mangkuk keramik yang berasal dari negeri Cina yang diduga berasal dari abad ke 10 – 11 masehi yang dibawa para pedang Cina sebagai komoditi perdagangan.

Selain itu, di desa Leran juga ditemukan bekas pelabuhan yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Tambak Pangkalan,  dinamakan demikian karena di tempat ini terdapat bekas tempat kapal-kapal besar  bersandar dan kemungkinan itu adalah kapal dagang yang berasal dari berbagai daerah di dalam dan luar negeri, guna melakukan transaksi perdagangan. Dan di tempat ini pula kapal Fatimah binti Maimun dan Syech Maulana Malik Ibrahim merapat.

Kedudukan Leran akan menjadi penting di kemudian  hari ketika armada Maulana Malik Ibrahim untuk pertama kalinya berlabuh di desa ini. Bahkan dapat dikatakan bahwa kedatangan Maulana Malik Ibrahim di desa Leran merupakan tonggak awal bagi kejayaan Gresik di masa mendatang  dan  dimulainya penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Dan ini membuktikan bahwa Leran merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa, sebelum perannya digantikan oleh Gresik.

Sebagaimana diceritakan sebelum Maulana Malik Ibrahim menjadikan Gresik sebagai pusat penyebaran agama Islam, terlebih dahulu Maulana Malik Ibrahim membangun kekuatan penyanggah gerakan dakwahnya di desa Leran. Di desa ini pulalah Maulana Malik Ibrahim pertama kali membangun masjid yang sampai sekarang dianggap masih memiliki keistimewaan yang berupa kolam untuk  berwudlu yang disebut pesucian.  Tempat tersebut sampai sekarang masih diyakini sebagian orang Islam bahwa airnya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Setelah menetap sekian lama di Leran dan ketika sudah dirasa cukup kuat posisi Islam di sana, maka Mulailah Syech Maulana Malik Ibrahim bergerak ke arah timur menuju ke kota Gresik. Namun sebelum sampai pada tempat yang dituju, Maulana Malik Ibrahim berhenti di Desa Roomo dan mendirikan sebuah masjid. Masjid itu selain dimaksudkan sebagai tempat ibadah juga difungsikan sebagai pesantren. Dari siniliah kemudian Maulana Malik Ibrahim melakukan perjalanan kembali sampai pada suatu tempat yang lebih popular disebut desa Sawo, kalau sekarang pusat kota Gresik.

Di desa inilah  Syech Maulana Malik Ibrahim membangun sebuah masjid dan dikenal dengan sebutan langgar sawo. Sebagaimana lazimnya yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim bahwa di setiap tempat yang telah disinggahi  selalu menggunakan masjid sebagai pusat pendidikan (pesantren) untuk mambangun basis pergerakan serta kaderisasi demi cita-cita tegaknya agama Islam di tanah Jawa. Di desa Sawo inilah Maulana Malik Ibrahim menetap hingga wafat dan di makamkan di desa Gapura Sukolilo.

Dengan demikian jelaslah bahwa Leran memiliki peran yang cukup penting bagi perkembangan kota Gresik di masa-masa mendatang dan sekaligus menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan Indonesaia secara keseluruhan.