Desa Leran yang berjarak kurang lebih 9 km sebelah utara kota Gresik secara
administrasi masuk wilayah kecamatan Manyar. Luasnya mencapai 1300 m 2. Lokasinya yang dikelilingi areal pertambakan
dan rimbunan rumpun bambu tidak terlalu menarik sebagai tujuan wisata. Dan
secara fisik memang tidak berbeda jauh dengan desa lain di sekitarnya. Yang
lebih menonjol dari desa ini adalah adanya gapura yang berwarna hijau lumut
yang menunjukkan bahwa di tempat tersebut terdapat makam seorang perempuan
muslim pertama yang bernama Siti Fatimah binti Maimun. Dan dari sinilah sejarah
Leran dimulai.
Mengetahui lebih banyak sejarah desa Leran menjadi penting karena bagaimana
pun juga, sebelum Gresik berkembang menjadi kota pelabuhan yang cukup ramai,
Leran terlebih dahulu sudah menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang yang
berasal dari berbagai daerah, bahkan banyak dikunjungi para pedagang yang
berasal dari Timur Tengah dan Cina.
Namun sayangnya tidak banyak dilakukan penelitian tentang kedudukan
dan peran Leran di masa-masa lalu,
terutama perannya sebagai pusat penyebaran agama Islam di Indonesia. Sekarang jika
orang mendengar kata Leran, maka selalu dinisbahkan
kepada batu nisan di Kompleks Makam Siti Fatimah binti Maimun, yang munurut penelitian awal, kompleks makam ini merupakan makam Islam yang
tertua yang ditemukan di Indonesia. Dan di makam inilah ditemukan sumber tertulis
primer berupa batu nisan yang berhuruf Kufi (Arab).
Siti Fatimah binti Maimun atau yang dikenal dengan nama lokal Putri Retno
Suari sendiri adalah putri seorang saudagar yang bernama Sultan Mahmud
Syah Alam dari Negeri Kamboja. Yang unik dari makam ini adalah adanya dua makam
panjang. Keberadaan makam panjang ini cukup menarik karena tidak lazim
ditemukan. Dan menurut beberapa ahli kedua makam panjang itu hanyalah simbol
tentang panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk menyebarkan agama Islam di pulau
Jawa.
Bentuk arsitektur makam Siti Fatimah ini cukup unik,
karena berbentuk cungkup dengan dinding dan atapnya terbuat dari batu putih
kuno. Dan bentuk cungkup makam yang menyerpuai candi, konon ceritanya cungkup
tersebut dibangun oleh Raja Majapahit untuk menebus perlakuannya yang kurang
bersahabat terhadap utusan Raja Kamboja, padahal ternyata bermaksud baik.
Dan memang, desa
Leran yang dulunya bernama desa
Sembalo ini merupakan daerah
yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Leran yang berada kurang lebih sembilan kilometer arah utara kota Gresik, adalah daerah permukiman dengan status desa perdikan “Sima” yang
di dalamnya hidup orang-orang bebas yang umumnya identik dengan pedagang.
Pada masa lalu Leran sudah menjadi tempat pertama
bermukimnya para perantauan dari Cina, terbukti adanya sisa-sisa kehidupan
Bandar abad 10 – 15 M dengan sebutan situs pasucian, serta banyak dikunjungi
para pedagang dari berbagai kawasan baik dalam dan luar negeri. Keberadaan
makam Siti Fatimah binti Maimun merupakan
bukti sejarah yang cukup terkenal. Sehingga dapat dikatakan Leran merupakan
tonggak awal bagi kejayaan Gresik pada masa lalu.
Sebagai bukti
bahwa Leran di masa lalu merupakan pelabuhan yang cukup ramai, di kompleks situs
sejarah desa Leran juga banyak ditemukan mangkuk keramik yang berasal dari negeri
Cina yang diduga berasal dari abad ke 10 – 11 masehi yang dibawa para pedang
Cina sebagai komoditi perdagangan.
Selain itu, di
desa Leran juga ditemukan bekas pelabuhan yang oleh masyarakat setempat disebut
dengan Tambak Pangkalan,
dinamakan demikian karena di tempat ini terdapat bekas tempat
kapal-kapal besar bersandar dan
kemungkinan itu adalah kapal dagang yang berasal dari berbagai daerah di dalam
dan luar negeri, guna melakukan
transaksi perdagangan. Dan di tempat ini pula kapal Fatimah binti Maimun dan
Syech Maulana Malik Ibrahim merapat.
Kedudukan Leran
akan menjadi penting di kemudian hari
ketika armada Maulana Malik Ibrahim untuk pertama kalinya berlabuh di desa ini.
Bahkan dapat dikatakan bahwa kedatangan Maulana Malik Ibrahim di desa Leran
merupakan tonggak awal bagi kejayaan Gresik di masa mendatang dan
dimulainya penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Dan ini membuktikan
bahwa Leran merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa, sebelum
perannya digantikan oleh Gresik.
Sebagaimana
diceritakan sebelum Maulana Malik Ibrahim menjadikan Gresik sebagai pusat
penyebaran agama Islam, terlebih dahulu Maulana Malik Ibrahim membangun kekuatan
penyanggah gerakan dakwahnya di desa Leran. Di desa ini pulalah Maulana Malik
Ibrahim pertama kali membangun masjid yang sampai sekarang dianggap masih
memiliki keistimewaan yang berupa kolam untuk
berwudlu yang disebut pesucian. Tempat tersebut sampai sekarang masih diyakini
sebagian orang Islam bahwa airnya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Setelah menetap sekian lama di
Leran dan ketika sudah dirasa cukup kuat
posisi Islam di sana, maka Mulailah Syech
Maulana Malik Ibrahim bergerak ke arah timur menuju ke kota Gresik. Namun sebelum
sampai pada tempat yang dituju, Maulana Malik Ibrahim berhenti di Desa Roomo
dan mendirikan sebuah masjid. Masjid itu selain dimaksudkan sebagai tempat ibadah
juga difungsikan sebagai pesantren. Dari siniliah kemudian Maulana Malik
Ibrahim melakukan perjalanan kembali sampai pada suatu tempat yang lebih
popular disebut desa Sawo, kalau sekarang pusat kota Gresik.
Di desa inilah Syech Maulana Malik Ibrahim membangun sebuah
masjid dan dikenal dengan sebutan langgar sawo. Sebagaimana lazimnya yang
dilakukan Maulana Malik Ibrahim bahwa di setiap tempat yang telah disinggahi selalu menggunakan masjid sebagai pusat
pendidikan (pesantren) untuk mambangun basis pergerakan serta kaderisasi demi
cita-cita tegaknya agama Islam di tanah Jawa. Di desa Sawo inilah Maulana Malik
Ibrahim menetap hingga wafat dan di makamkan di desa Gapura Sukolilo.
Dengan demikian
jelaslah bahwa Leran memiliki peran yang cukup penting bagi perkembangan kota
Gresik di masa-masa mendatang dan sekaligus menjadi salah satu pusat penyebaran
agama Islam di Jawa dan Indonesaia secara keseluruhan.